Sempat terdapat pertentangan
mengenai hubungan Bahasa Minangkabau dengan Bahasa
Melayu. Sebagian pakar bahasa menganggap Bahasa Minangkabau sebagai salah
satu dialek Melayu,
karena banyaknya
kesamaan kosakata dan bentuk tutur di dalamnya. Sementara yang lain justru beranggapan bahwa bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Bahasa Melayu.
kesamaan kosakata dan bentuk tutur di dalamnya. Sementara yang lain justru beranggapan bahwa bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Bahasa Melayu.
Kerancuan ini disebabkan karena
Bahasa Melayu dianggap satu bahasa. Kebanyakan pakar kini menganggap Bahasa
Melayu bukan satu bahasa, tetapi merupakan satu kelompok bahasa dalam rumpun bahasa Melayik. Dimana Bahasa
Minangkabau merupakan salah satu bahasa yang ada dalam kelompok Bahasa
Melayu tersebut.
Bahasa Minang masih digunakan
sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau,
baik yang berdomisili di Sumatera maupun di perantauan. Namun untuk masyarakat
Minangkabau yang lahir di perantauan, sebagian besar mereka telah menggunakan
Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu dalam percakapan sehari-hari.
Daerah
sebar tutur
Secara historis, daerah sebar tutur
Bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di pedalaman
Minangkabau. Batas-batasnya biasa dinyatakan dalam ungkapan Minang atau Tambo
Minangkabau berikut ini:
Dari Sikilang Aia Bangih
Hinggo Taratak Aia Hitam
Dari Durian Ditakuak Rajo
Hinggo Aia Babaliak Mudiak
Walaupun dari sisi harafiahnya,
batas-batas yang disebutkan tersebut merupakan sesuatu yang abstrak, sehingga
dapat dikatakan batas yang tidak pasti juga. Namun kemudian ada pendapat bahwa
kawasan tersebut diperkirakan antara lain, Sikilang Aia Bangih adalah
batas utara, sekarang di kabupaten Pasaman Barat yang berbatasan
dengan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera
Utara. Taratak Aia Hitam adalah Bengkulu. Durian
Ditakuak Rajo adalah Kabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir,
Aia Babaliak Mudiak adalah wilayah Kabupaten Pelalawan, Riau.
Bahasa Minangkabau juga menjadi
bahasa lingua franca di kawasan pantai barat Sumatera
Utara, bahkan menjangkau lebih jauh hingga pesisir barat Aceh.
Di Aceh, penutur Bahasa Minang disebut sebagai Bahasa Jamee, sedangkan di pantai barat
Sumatera Utara dikenal sebagai Bahasa Pesisir. Selain itu, Bahasa Minangkabau
juga dituturkan oleh masyarakat Negeri
Sembilan, Malaysia
yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal Minangkabau sejak abad ke-14. Dialek Bahasa
Minangkabau di Negeri Sembilan ini disebut Baso Nogoghi.
Dialek
Bahasa Minang memiliki banyak
dialek, bahkan antarkampung yang dipisahkan oleh sungai sekali pun
dapat mempunyai dialek yang berbeda. Perbedaan yang sangat menonjol adalah
dialek yang dituturkan di Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan
dialek di Mukomuko, Bengkulu.
Sebagai contoh, berikut ini adalah
perbandingan perbedaan antara beberapa dialek bahasa Minangkabau:
Bahasa Indonesia
|
Apa katanya kepadamu?
|
Bahasa Minangkabau
"baku"
|
A keceknyo jo kau?
|
Mandahiling Kuti Anyie
|
Apo kecek o kö gau?
|
Payakumbuh
|
A kecek e ka kau?
|
Padang Panjang
|
Apo keceknyo ka kau?
|
Pariaman
|
A kato e bakeh kau?
|
Ludai
|
A kecek o ka rau?
|
Sungai Batang
|
Ea janyo ke kau?
|
Kurai
|
A jano kale gau?
|
Kuranji
|
Apo kecek e ka kau?
|
Kampar, Riau
|
Apo sobuin e kek ang?
|
Salimpaung Batusangkar
|
Poh ceknyoh kah khau duh?
|
Rao-Rao Batusangkar
|
Aa keceknyo ka awu tu?
|
Untuk komunikasi antar penutur
Bahasa Minangkabau yang sedemikian beragam ini, akhirnya dipergunakanlah dialek
Padang sebagai bahasa baku Minangkabau yang biasa disebut Bahaso Padang
atau Bahaso Urang Awak.
Contoh
Bahasa Minangkabau:
|
Sadang kayu di rimbo tak samo
tinggi, kok kunun manusia
(peribahasa)
|
|
Bahasa Indonesia:
|
Sedangkan pohon di hutan tidak
sama tinggi, apa lagi manusia
|
|
Bahasa Minangkabau:
|
Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)
|
|
Bahasa Indonesia:
|
Bagaimana katak berenang, seperti
itulah dia.
|
|
Bahasa Minangkabau:
|
Indak buliah mambuang sarok di
siko!
|
|
Bahasa Indonesia:
|
Tidak boleh membuang sampah di
sini!
|
|
Bahasa Minangkabau:
|
Bungo indak satangkai, kumbang
indak sa ikua (peribahasa)
|
|
Bahasa Indonesia:
|
Bunga tidak setangkai, kumbang
tidak seekor
|
|
Bahasa Minangkabau:
|
A tu nan ang karajoan?
|
|
Bahasa Indonesia:
|
Apa yang sedang kamu kerjakan?
|
|
kata Apa dalam Bahasa
Minangkabau yaitu Apo tetapi lebih sering disingkat dengan kata A[rujukan?]
|
Interferensi
terhadap Bahasa Indonesia
Bahasa Minangkabau merupakan salah
satu bahasa daerah yang banyak memberikan sumbangan terhadap kosa kata Bahasa
Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyaknya sarjana Minang yang
berkontribusi dalam pembentukan Bahasa Melayu baku yang kelak menjadi Bahasa
Indonesia.
Selain itu, peran para sastrawan Minang yang banyak menulis karya-karya sastra
terkemuka pada masa awal kemerdekaan, juga menjadi faktor besarnya interferensi
Bahasa Minangkabau terhadap Bahasa Indonesia. Mereka banyak memasukkan kosa
kata Minang ke dalam Bahasa Indonesia baku, terutama kosa kata yang tidak
memiliki padanannya di dalam Bahasa Indonesia.
Pada tahun 1966, dari semua kosa
kata non-Melayu dalam Kamus Bahasa Indonesia, Bahasa Minangkabau mencakup 38%
dari keseluruhannya. Angka ini merupakan yang tertinggi dibanding bahasa daerah
lain, seperti Bahasa Jawa (27,5%) dan Bahasa
Sunda (2,5%). Meskipun dalam perkembangannya, jumlah kosa kata Minangkabau cenderung
menurun dibandingkan interferensi kedua bahasa daerah tersebut.
Karya
sastra
Karya sastra tradisional berbahasa Minang memiliki
persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional berbahasa Melayu pada umumnya,
yaitu berbentuk prosa, cerita rakyat, dan hikayat. Penyampaiannya biasa
dilakukan dalam bentuk cerita (kaba) atau dinyanyikan (dendang). Adapula karya
sastra yang digunakan untuk prosesi adat
Minang, seperti pepatah-petitih dan persembahan (pasambahan).
Pepatah-petitih dan persembahan banyak menggunakan kata-kata kiasan. Agar tidak
kehilangan makna, karya sastra jenis ini tidak bisa diterjemahkan ke dalam
bahasa lain. Oleh karenanya sangat sedikit sekali orang yang menguasai karya sastra
ini, yang hanya terbatas pada ninik mamak dan pemuka adat.
Perbandingan
dengan bahasa lain dari rumpun Melayu
Orang
Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara Bahasa Minangkabau
dengan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Marah
Roesli dalam Peladjaran Bahasa Minangkabau menyebutkan pada umumnya
perbedaan antara Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan
lafal, selain perbedaan beberapa kata.
Contoh-contoh perbedaan lafal Bahasa
Melayu dan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Minangkabau adalah sebagai berikut:
Akhiran
|
Menjadi
|
Contoh
|
a
|
o
|
nama—namo, kuda—kudo,
cara—caro
|
al dan ar
|
a
|
jual—jua, kabar—kaba,
kapal—kapa
|
as
|
eh
|
batas—bateh, alas—aleh,
balas—baleh
|
at
|
ek atau aik
|
dapat—dapek, kawat—kawek,
surat—surek,
|
ap
|
ok
|
lembap—lambok, gelap—galok,
kurap—kurok, atap—atok,
|
ih
|
iah
|
kasih—kasiah, putih—putiah,
pilih—piliah
|
ing
|
iang
|
kucing—kuciang, saling—saliang,
gading—gadiang
|
ir
|
ia atau ie
|
air—aia, pasir—pasia,
lahir—lahia
|
is
|
ih
|
baris—barih, manis—manih,
alis—alih
|
it
|
ik
|
sakit—sakik, kulit—kulik,
jahit—jahik
|
uh
|
uah
|
tujuh—tujuah, patuh—patuah
|
uk
|
uak
|
untuk—untuak, buruk—buruak,
busuk—busuak
|
ung
|
uang
|
langsung—langsuang, hidung—hiduang,
untung—untuang
|
ur
|
ua
|
cukur—cukua, kasur—kasua,
angsur—ansua
|
us
|
uih
|
putus—putuih, halus—haluih,
bungkus—bungkuih
|
ut
|
uik
|
rumput—rumpuik, ikut—ikuik,
takut—takuik
|
- Selain perbedaan akhiran, imbuhan awalan seperti me-, ber-, ter-, ke-, pe- dan se- dalam bahasa Minang menjadi ma-, ba-, ta-, ka-, pa-, dan sa-. Contohnya meminum, berlari, terlambat, kesalahan, penakut, dan setiap dalam bahasa Minang menjadi maminum, balari, talambek, kasalahan, panakuik, dan satiok.
- Sementara itu, imbuhan akhiran seperti -kan dan -nya dalam bahasa Minang menjadi -an dan -nyo. Contohnya memusnahkan dan selamanya dalam bahasa Minang menjadi mamusnahan dan salamonyo.
- Perbedaan lainnya adalah setiap suku kata pertama yang mengandung huruf "e" dalam bahasa Minang menjadi huruf "a". Contohnya selama dan percaya dalam bahasa Minang menjadi salamo dan parcayo.
Persamaan Bahasa Minangkabau dengan
berbagai bahasa lain dari rumpun Melayu dapat dilihat misalnya dalam
perbandingan kosakata berikut:
Bahasa
Indonesia
|
apa
|
laut
|
lihat
|
kucing
|
pergi
|
ular
|
keras
|
manis
|
lutut
|
Bahasa
Minangkabau
|
apo
|
lauiʔ
|
liaiʔ/caliaʔ
|
kuciang
|
pai
|
ula
|
kareh
|
manih
|
lutuiʔ
|
apo
|
lawik
|
liek
|
kucing
|
lalui
|
ulah
|
kehas
|
manis
|
lutuik
|
|
nama
|
lawoiʔ
|
lihaiʔ
|
mi'aw
|
pi
|
ulal
|
kras
|
maneh
|
lutoiʔ
|
Sebagai contoh, perbedaan dapat
dilihat dalam versi masing-masing dari Pernyataan Umum tentang
Hak-Hak Asasi Manusia:
Bahasa
Inggris
|
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Malaysia
|
Bahasa
Minangkabau
|
Universal Declaration of Human
Rights
|
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak
Asasi Manusia
|
Perisytiharan Hak Asasi Manusia
Sejagat
|
Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi
Manusia
|
Article 1
|
Pasal 1
|
Perkara 1.
|
Pasal 1
|
All human beings are born free and
equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and
should act towards one another in a spirit of brotherhood.
|
Semua orang dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati
nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
|
Semua manusia dilahirkan bebas dan
samarata dari segi kemuliaan dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan
perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan
semangat persaudaraan.
|
Sadoalah urang dilahiaan mardeka
jo punyo martabaik sarato hak-hak nan samo. Inyo dikaruniai aka jo hati
nurani, supayo nan ciek jo nan lain bagaua dalam samangaik badunsanak.
|
Kalimat
postif dan kalimat negatif
Kalimat negatif seperti dibuat bahasa
Perancis.
#
|
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Minang
|
Bahasa
Perancis
|
kalimat positif
|
Subjek + Predikat + Objek
|
Subjek + Predikat + Objek
|
Subjek + Kata Kerja +
Objek/Pelengkap
|
kalimat negatif
|
Subjek + tidak + Predikat +
Objek
|
Subjek + indak + Predikat +
Objek + do
|
Subjek + ne + Kata Kerja + pas
+ Objek/Pelengkap
|
Contoh:
- Iko lamak (ini enak)
- Iko indak lamak do
- Ba a (apa)
- Ndak ba a do
Kalimat
pertanyaan
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Minang
|
Apa
|
Apo/A
|
Bagaimana
|
Bagaimano/Ba a
|
Berapa
|
Barapo/Bara
|
Dimana
|
Dimano/Dima
|
Kemana
|
Kamano/Kama
|
Dari mana
|
Dari mano/Dari ma
|
Mana
|
Mano/Ma
|
Siapa
|
Siapo/Sia
|
Mengapa
|
Mangapo/Manga
|
Kapan
|
Bilo
|
Kenapa
|
Dek a
|
Kalimat
petunjuk
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Minang
|
Ini
|
Iko/Ko
|
Itu
|
Itu/Tu
|
Sini
|
Siko
|
Situ
|
Situ
|
Sana
|
Sinan
|
Kalimat
pengganti
Saya
|
Awak
|
Kamu
|
Ang (laki-laki)
Kaw (perempuan) |
Dia
|
Inyo
|
Bilangan
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Minang
|
Satu
|
Ciek
|
Dua
|
Duo
|
Tiga
|
Tigo
|
Empat
|
Ampek
|
Lima
|
Limo
|
Enam
|
Anam
|
Tujuh
|
Tujuah
|
Delapan
|
Salapan
|
Sembilan
|
Sambilan
|
Sepuluh
|
Sapuluah
|
Sebelas
|
Sabaleh
|
Seratus
|
Sarutih
|
Seribu
|
Saribu
|
Silsiah
keluarga
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Minang
|
Kakek
|
Pak Gaek/Pak
|
Nenek
|
Mak Gaek/Mak
|
Ayah
|
Abah
|
Ibu
|
Amah
|
Kakak laki-laki
|
Uda
|
Kakak perempuan
|
Uni
|
Ditulis Oleh : irmansah ~ Tips dan Trik Blogspot
Sobat sedang membaca artikel tentang Bahasa Minang. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya